Wednesday, December 8, 2010

Patah hati

Kayaknya bukan jamannya lagi gw ngepost sebuah tulisan dengan judul "patah hati". Please, gw udah nikah, udah berkeluarga, punya segudang urusan untuk diurus selain ngurusin patah hati...and besides, gw nih sekarang tidak ada dalam kondisi patah hati, jadi......???

Tapi, membaca postinga para blogger yang lain, gw jadi tergelitik juga untuk ngepost tentang ini, maklumlah gw kan anaknya suka ikut2an gitu. Pernah ga gw patah hati? Ya pernahlah! Kisah detilnya? Aduh...ga usahlah ya, rada2 norak gitu untuk diceritain, tapi intinya adalah : patah hati itu ngga enak. Mungkin ada banyak perumpamaan untuk gambarin patah hati, tapi perumpamaan versi gw adalah : serasa ada batu berat nindih hati kita dan tuh batu ga bisa diangkat2, kita berusaha ngangkat tuh batu dengan berbagai macam cara : nguatin diri sendiri, bilang2 kita bahagia, kita seneng dengan hidup kita, sok2an melupakan dia (yang mana sebenernya ga akan berhasil untuk dilupakan jika belum tiba waktunya untuk melupakan), ngabis2in waktu dengan berbagai macam cara, nangis berderai2 sampe bengkak nih mata n bantal basah kuyup, curhat2 dengan teman atau sodara atau siapapun yang kita anggap bisa dijadiin tempat untuk curhat, berdoa memohon pada Yang Mahakuasa untuk mengangkat batu berat yang menindih hati kita, dan sebagainya, dan sebagainya.

Saat kita patah hati, kita berusaha untuk menghibur diri kita sendiri dengan berbagai macam pernyataan yang masuk akal, seperti : emang dia bukan jodoh gw, pasti ada yang lebih baik dari dia, atau gw jadi bisa lebih fokus sama karir dan studi, kalo masih sama dia, waktu gw semua akan habis untuk dia, gw sekarang bebas merdeka, bisa ngapain aja ngelakuin yang gw suka, dan sebagainya, dan sebagainya. Tapi cobalah untuk jujur, kalo kita tilik2 dasar hati kita yang paling dalam, tetap the bottom line-nya hanya satu kalimat : "seandainya gw bisa terus sama dia, pasti gw akan lebih bahagia dari sekarang, gw pengen sama dia aja, titik."

Tapi, kenyataan tidak selalu sesuai dengan keinginan, bukan? kita bisa aja menaruh "titik" di atas pernyataan kita, bilang kita ga mau yang lain, maunya dia aja, karena dia adalah yang terbaik menurut kita....tapi kenyataannya (dan ini yang paling pahit), dia ngga bersama2 dengan kita saat ini, apapun itu alasannya.

Jadi apa yang bisa kita lakukan? sayangnya, gw juga mesti ngasih tau kebenaran ini. Ga ada yang bisa kita lakukan, selain hanya ngejalanin aja tuh patah hati. Bukannya gw anti dengan pernyataan2 positif ala girl power, kayak "gw ga butuh dia, gw kuat", atau "gw bisa lebih hebat daripada pasangannya dia", atau "gw ga akan jadi looser, lu liat siapa yang ketawa paling belakangan", dll.....tapi kalo gw pribadi sih tipe orang yang menganut prinsip, "ya udahlah ya, namanya juga patah hati, mau gimana lagi, jalanin ajalah, nangis2 meratap juga ya lakuin aja, udah bagian hidup, ga bisa dihindari....ntar juga pelan2 bakal pulih, step by step, ga bisa instan...."

The good news dari patah hati adalah : "this will end too." Pasti akan berakhir, pasti akan berlalu, hingga one day kita bangun, dan misalnya kita ngeliat fotonya dia, kita ga lagi ngerasain sesuatu yang istimewa terhadap dia. Kalaupun merasakan sesuatu yang istimewa, itu ngga keluar dalam bentuk ingin memiliki dia, tetapi kita bisa dengan tenang senyum tulus ikhlas wish him/her the best on every aspect on his/her life. Dan entah sejak kapan, tiba2 kita jadi ga gitu mikirin dia lagi, dan akhirnya, sama sekali ga mikirin dia.  Dan jika suatu hari nanti kita akhirnya bertemu kembali dengan seseorang yang pernah bikin kita patah hati, kita bisa menjabat tangannya dengan perasaan tenang, tanpa ada rasa sakit, berat, galau yang menindih hati. Itulah titik di mana kita udah bener2 bebas dari patah hati.

Nih gw selipin puisi dari WS Rendra, kayaknya pas banget dengan topik ini :

Makin banyak kami minum sepi kamipun makin mengerti
Maka sambil melayangkan pandangan yang jauh,
hanyutlah segala rasa yang gelisah
Burung-burung menempuh angin yang lembut serta lemah
Aku menempuh duka yang kian lembut, kian lemah

(Rendra, Sungai Musi)


Ada orang yang datang dan pergi dalam hidup kita, ada juga yang menetap terus dengan kita. Untuk yang tetap menetap bersama kita, tentu kita ucapkan rasa syukur karena bisa bersama2 dengan mereka, namun untuk yang terpaksa mesti pergi dengan berbagai alasan (entah itu ga jodoh, entah itu kematian, entah itu sikon yang ga memungkinkan), ya kita bersyukur juga...karena tanpa mereka, kita ga bisa menjadi kita sebagaimana kita ada sekarang, kan?

Kesimpulannya adalah : kalau pernah ngerasain patah hati sepatah2nya, itu berarti kita pernah mencintai seseorang secinta2nya. Dan itu adalah hal yang indah, bukti bahwa kita memang manusia, dengan segala kemanusiawiannya.

No comments:

Post a Comment