Wednesday, April 13, 2011

For the joy of human love

Ulang tahun kali ini, terus terang aja, kaget banget sama banyaknya orang yang inget dan ngucapin selamat lewat FB, mulai dari keluarga, guru-guru, teman-teman di dunia nyata dan maya (internet), rekan-rekan pengajar dan para mahasiswa  ketika masih di Indonesia. Gw kan dari jaman SD bukan termasuk geng-geng populer gitu kan yaaa...apalagi jaman TK, gw kan korban bully.....trus SMP dan SMA masuk golongan nerd, teman dekat gw ga banyak, trus bukan anak OSIS gitu deeeh, intinya, gw anak biasa-biasa aja, beda deh sama adik gw Ria, dia mah dari TK juga udah bintang kelas (iya kan rip, lu kan patron tari bakul di TK Mexindo!!!!*Sirik to the max!*)

Dulu, sebelum gw berada di Jepang, paradigma gw tentang berkat atau rejeki atau kemurahan Tuhan....selalu gw ukur dari sudut pandang materi. Jadi gw nganggep, orang yang murah rejeki itu, ya orang yang rumahnya bagus, punya mobil, uang cukup, trus dana lebih untuk liburan, syukur-syukur liburan ke luar negeri. Trus juga, gw ngerasa, orang-orang yang baju-bajunya bermerek dan mahal-mahal itu, jauh lebih diberkati daripada gw yang dari jaman TK hingga hari ini, ngga pernah punya barang bermerek. Gw juga dulu sebeeeeeeel minta ampun karena kok orang-orang di sekitar gw bisa ngerasain foto-foto pre-wedding di pinggir air terjun dengan pose mesra menatap langit masa depan, sementara gw...HORAS! pesta adat dari pagi sampai malem, forget it pre wedding dan sejenisnya, soalnya suami gw kan anak rantau yang anti bangeet sama foto-foto  pre-wed gitu deh….

Intinya adalah : gw sebel banget karena gw bukan orang mapan dalam materi sejak awal pernikahan, gw ga bisa foto pre-wedding dan gw juga ga suka harus berjuang-berjuang dalam hidup, kalo bisa mah, gw maunya nyantai-nyantai ajalah ya, ga usahlah rodi-rodian di jepang ini. Mungkin kalo dibaca, kok kayaknya gw dangkal banget ya, pengen mapan tapi ga mau usaha, tapi jujur, itulah yang dulu gw rasakan, gw ngerasa alaaaaah...udahlah ya, ga butuhlah gw pengalaman kehidupan, just give me some money, I enjoy it fully and I will say to the whole world that I'm blessed, beresssss!!!!

Tapi kan hidup itu tidak seperti itu ya? Pada kenyataannya, jika mau berhasil, ya mesti berjuang, ngga ada cara lain. Dan, satu hal yang penting, berkat itu bukan hanya terbatas pada berkat materi, tapi sebenarnya, masih banyak banget jenis-jenis berkat lainnya. Gw baru tercerahkan pada pemikiran ini, setelah menjalani hidup di Jepang.

Sebagai mahasiswa dengan beasiswa pemerintah Jepang yang datang menuntut ilmu dengan membawa keluarga, ya udah pasti, gw ga bisa berharap banyak dapatin berkat-berkat materi seperti  makan di restoran tiap hari, jalan-jalan ke luar negeri,  apalagi punya asisten rumah tangga (di sini kan yang punya ART nginep di rumah cuma kaisar dan keluarganya deh, kayaknya mah). Gw juga ga bisa berharap tinggal di rumah yang luas dengan banyak kamar, dan punya mobil untuk pergi sana sini. Kendaraan utama untuk pergi sana sini bagi gw dan keluarga adalah : sepeda. Tapi, apakah itu berarti berkat Tuhan ngga ada ke gw?

Emang sih, awal-awal tinggal di Jepang, gw sebel abis sama hidup gw di sini. Emang gw anaknya manja, cengeng, ga punya mental berjuang, baru kena masalah dikit aja udah ngeluh. Tapi hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, dengan melewati berbagai macam pengalaman, gw tersadarkan akan satu hal : jangan pernah membatasi rejeki Tuhan hanya pada sebatas rejeki materi. Sesungguhnya, hidup, dengan segala persoalan yang ada di dalamnya, adalah berkat dari Tuhan, yang bahkan lebih bernilai daripada berkat atau rejeki  materi.

Pada hari ulangtahun gw yang ke-33, gw ga dapat kado apa-apa. Emang gwnya juga males sih dapat-dapat kado gitu, ngga ada juga yang lagi dibutuhin sekarang. Kita makan sekeluarga aja ke restoran di dekat tempat tinggal kita (daripada dapat barang mending makan-makan ya). Ga ada kue ulangtahun, ga ada perayaan besar-besaran, ga ada tiup lilin. Tapi gw bahagia. Karena, ada James dan Joanna bersama-sama gw. Dan, sekalipun orang terdekat yang ada secara fisik saat ini di dekat gw hanya mereka berdua, tapi dengan begitu banyaknya ucapan selamat ulang tahun lewat facebook dan telepon (telpon sih hanya Papa Mama sih), udah lebih dari cukup untuk membuat gw bahagia.

Jika ada orang yang  ingat ulangtahun kita, itu sebenarnya merupakan konfirmasi bahwa kita berkenan di hati orang tersebut. Dan mendapatkan konfirmasi seperti itu, jauuuuuh lebih indah dan berharga daripada mendapatkan berkat materi. Bukannya materi ngga penting ya, tapi ternyata di dunia ini ada yang jauh lebih penting daripada sekedar materi. Ulangtahun gw yang ke-33 lagi-lagi membuktikan kebenaran ini. Sama sekali tidak ada kado berupa barang untuk gw, tapi gw amat sangat bahagia karena banyak banget yang ingat ulangtahun gw dan banyak banget yang mendoakan hal-hal baik untuk gw dan keluarga. Terima kasih sejuta kali, sumpah.

Lebih dari 100 tahun yang lalu, Folliott Sandford Pierpoint (1835-1917), seorang penyair dan penulis lirik lagu-lagu hymnal dari Inggris, menulis sebuah syair berjudul “For the beauty of the earth”. Salah satu baitnya adalah seperti yang tertulis di bawah ini.

For the joy of human love,
Brother, sister, parent, child;
Friends on earth and friends above;
For all gentle thoughts and mild;
Lord of all, to Thee we raise
This our hymn of grateful praise.

Lebih dari 100 tahun kemudian, di Osaka, saya, Rouli Esther Pasaribu, menyadari kebenaran kata-kata ini. Sukacita karena cinta antara sesama manusia adalah hal yang sangat indah dan patut disyukuri. Sebuah anugerah dari Sang Pemberi Hidup, yang  tahu pasti apa sebenarnya yang dibutuhkan manusia untuk menghidupkan hidupnya.
Praise the Lord, halleluyah, alhamdulilah, puji Tuhan, puji syukur. Dengan mantap dapat saya katakan: I’m totally absolutely blessed!

No comments:

Post a Comment