Saturday, July 22, 2017

Jumat pagi, Jumat deadline.


Sekilas kerjaan saya kayaknya enak, "cuma ngomong-ngomong aja", "cuma ngajar-ngajar aja", "cuma aktualisasi diri ngomong soal gender"
di depan para pendengar atau mahasiswa".
Well, mereka ngga tahu, kalau saya sampai begadang menyiapkan ini semua. Sama juga dengan presentasi di conference. Cuma ngomong 15 menit dan jawab beberapa pertanyaan, apa susahnya? Lagi-lagi, ngga ada yang tahu kan malam-malam panjang memeras otak demi menghasilkan sebuah presentasi yang semoga cukup berbobot dalam waktu 15 menit.
Mengajar juga sama aja. Berdiri di depan mahasiswa menjelaskan berbagai macam konsep, kelihatannya gampang. Ngga tahu kan kalau bagian paling susah dari kasih kuliah itu adalah persiapannya? Baca materi, bikin catatan penting, menyiapkan power point.
Nulis jurnal paling cuma berapa halaman sih, 8-10 halaman? Nulis-nulis aja kan, di rumah juga bisa? Ngga ada yang tahu kan, agar bisa menghasilkan tulisan ilmiah itu, sambil nulis saya sambil cek data, sambil baca lagi, analisis lagi, mikir lagi, merangkai kata biar pemikiran saya jelas terwakilkan. Ruang komputer di rumah berantakan banget sekarang, buku di mana-mana. Tiap pegang buku-buku itu ngga habis-habisnya bersyukur, pas pulang ke Indonesia berkeras mau bawa semua buku itu termasuk fotokopian2 kuliah, sampai baju-baju saya tinggalkan, pokoknya prioritas utama saya buku. Ngga kebayang kalau ngga punya buku-buku ini, tahu sendiri kan di Indonesia akses informasi masih agak sulit.
Jadi kalau ada pembicara seminar yang ngomong di depan publik dan kita berpikir, "Enak ya dia ngomong-ngomong aja kerjanya", ingat, di balik "ngomong-ngomong aja" itu ada keringat peluh air mata sampai akhirnya dia bisa "ngomong-ngomong aja". Ada persiapan, ada perjuangan.
Dan biar kita punya materi untuk "ngomong-ngomong aja", ya kita mesti belajar, mesti nulis, mesti punya ide-ide baru. Makanya nih, biar saya bisa berkelanjutan ngomong-ngomong terus, ya saya belajar, saya nulis, saya membaca. Meski, karena kerjanya dari rumah dan saya ngetik-ngetik di depan komputer, anak saya menganggap saya ngga kerja dan bilang, "Mama mah main-main komputer aja."
Kerja itu bukan cuma yang pergi pagi-pagi jadi orang kantoran, di mari juga kerja, sambil ntar harus ngantar anak les, masak makan siang, nunggu anak les bawa-bawa laptop ngejar deadline makalah, kurang berjuang apalagi coba ini?
Jumat pagi, Jumat deadline, dengan pertanyaan random anak, "Mama, Hellen Keller itu seperti apa?" Dan karena besok weekend yang so called family day, alamat ini makalah harus diberesin hari ini biar tenang jalan-jalan besok. Ini resikonya jadi ibu-ibu so called researcher ya bok!
Semangat, semangaaaaat, untuk jalan hidup yang kita pilih!
14 Juli 2017
Rouli Esther Pasaribu

No comments:

Post a Comment