Saturday, July 22, 2017

Shifuku (雌伏)


Sebenarnya kegiatan #nulisrandom2017 akan selesai hari ini, tapi karena berbagai kesibukan saya pada paruh akhir Juni 2017, saya jadi tidak bisa mengambil waktu untuk menulis setiap hari secara rutin. Tetapi, pasti saya akan selesaikan komitmen menulis 30 hari ini.
Pernah merasa kehidupan kita tidak naik level, karir mandeg, hidup begitu-begitu saja? Galau melihat teman-teman lain melakukan lompatan demi lompatan dan mereka melesat naik dengan gilang gemilang sementara kita tertinggal dan tidak tahu kapan keadaan akan berubah menjadi lebih baik? Atau kita pernah berhasil dalam hidup, setelah itu kita terpuruk dan terus berada dalam kondisi tersebut dalam jangka waktu lama?
Dalam bahasa Inggris, ada satu kata yang menggambarkan masa di mana kita sulit untuk maju, karena ada berbagai kesulitan, tantangan, faktor luar yang di luar kendali kita. Kata itu adalah "setback". Menurut kamus Cambridge, setback adalah "something that happens that delays or prevents a process from developing". Apa yang menghambat proses kemajuan? Bisa macam-macam. Bisa kondisi tiba-tiba dipecat lalu sulit mendapat pekerjaan lagi. Bisa penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk proses penyembuhan. Dan khusus untuk perempuan, jika ia punya anak usia sekolah, apalagi balita atau batita, tenaga bisa terkuras habis hari demi hari mengurus anak-anak dan rumah tangga, padahal hati ini menjerit menginginkan kehidupan lain selain anak dan suami (dan sungguh itu bukanlah dosa, itu sangat wajar).
Semua juga tahu, masa-masa setback itu ngga enak. Ngga enaknya itu karena kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi banyak faktor di luar kendali kita yang membuat kita tidak dapat maju. Kita seperti terus bergerak di satu tempat dan tidak dapat melakukan lompatan untuk maju ke depan, karena ada faktor-faktor luar yang mengekang gerak kita.
Ketika saya menulis disertasi saya, Prof saya memperkenalkan saya pada satu kata baru dalam bahasa Jepang yang menurut saya sangat indah dan dalam artinya, yaitu: shifuku. Kata ini bukan diajarkan secara khusus kepada saya, tetapi kata ini muncul dalam disertasi yang telah diperbaiki beliau. Dalam satu paragraf kesimpulan, saya menulis "dalam tahun-tahun yang sulit, Enchi Fumiko yang memulai karirnya sejak usia 20an, terus bersabar dan bertahan, dan akhirnya pada usia 50an, akhirnya ia berhasil menjadi pengarang yang diakui di dalam dunia kesusastraan Jepang." Kata "bersabar dan bertahan" diganti oleh Prof saya dengan kata "shifuku". Karena saya baru pertama kali mendengar kata ini, maka saya mencarinya di kamus, dan inilah artinya: terus berusaha dan mempersiapkan diri, menanti waktu dan kesempatan untuk berkarya (bukan menanti dengan diam saja tanpa melakukan apa-apa).
Lebih "gila" lagi, menurut Prof saya, kata "shifuku" itu jadi makin dalam artinya jika ditelaah dengan pendekatan gender. Shifuku terdiri dari dua karakter, yaitu 雌 yang artinya female atau perempuan atau betina dan 伏 yang artinya membungkuk, menunduk, bersembunyi. Lawan kata shifuku adalah yuuhi yang terdiri dari dua karakter, yaitu 雄 yang artinya male atau laki-laki atau jantan dan 飛 yang artinya terbang atau melompat. Yuuhi sendiri memiliki arti "berkarya dengan gemilang dan berani".
Dalam masa-masa penantian untuk bisa lebih maju dan naik level, seorang perempuan memang menghadapi banyak tantangan yang lebih berat dibanding laki-laki. Wacana di balik ini semua adalah budaya patriarki yang sudah terinternalisasi, yang menganggap perempuan itu tempatnya di rumah dan jika mau berkarya di luar ranah domestik, butuh usaha lebih, karena meski tidak selalu diucapkan secara gamblang, di bawah sadar, tetap ada pemikiran "perempuan itu kalau mau karir-kariran itu cukup pekerjaan tambahan saja, utamanya jadi istri dan ibu. Jadi sebisa mungkin tidak perlu ambisius mengejar karir."
Maka itu, mungkin itulah sebabnya, "terus berusaha dan mempersiapkan diri menanti waktu dan kesempatan yang tepat untuk berkarya" diwakilkan dengan dua karakter, yaitu "betina" dan "menunduk, bersembunyi,membungkuk", mengadaptasi pemikiran bahwa perempuan di dalam menjalani masa-masa setback, tidak tinggal diam, tapi terus berusaha, terus mempersiapkan diri, dan mengatur strategi sampai nanti tiba masanya untuk berkarya penuh. Ia bukan membungkuk tanpa arti, bukan bersembunyi dengan hanya merenungi nasib, tapi ia membungkuk, bersembunyi, menunduk sambil terus aktif mempersiapkan diri agar "layak" meraih sukses ketika saatnya tiba.
Kita tidak pernah tahu kapan kesempatan untuk berkarya maksimal itu tiba. Tetapi satu hal yang kita tahu, setback itu pasti akan ada akhirnya, sama dengan masa-masa sukses pun tidak abadi. Semua datang silih berganti dan dalam musim kehidupan apapun, tanggungjawab kita adalah terus mempersiapkan diri.
Jangan sampai ketika kesempatan tiba, kita tidak siap. Akhirnya kesempatan lewat dan kali ini kitalah yang menjadi penyebab tidak dapat keluar dari setback.
Sementara belum tiba saatnya untuk melesat terbang menggapai sukses atau yuuhi (雄飛), tetaplah melakukan shifuku (雌伏) dengan tidak terburu-buru, tetapi tidak goyah, pelan-pelan tetapi mantap.
30 Juni 2017
Rouli Esther Pasaribu

No comments:

Post a Comment