Saturday, July 22, 2017

Ruang untuk berbagi


Selama mengikuti kegiatan #nulisrandom2017 ini, salah satu hal yang membuat hati saya senang adalah jika saya mendapat respon positif berupa komentar yang ditulis oleh para pembaca sekalian. Dari semua respon positif itu, saya sangat senang jika tulisan saya menjadi sarana bagi pembaca untuk mengidentifikasi diri, berdialog dengan diri, bahkan kemudian, mendorong pembaca untuk membagikan juga pengalamannya di kolom komentar.
"Consciousness raising" atau "mengangkat, menumbuhkan kesadaran" adalah sikap dasar saya dalam menulis. Jika kita melihat sejarah gerakan perempuan, pada gerakan feminisme gelombang kedua tahun 1960an akhir di Amerika, beberapa tokoh feminis mencanangkan program Consciousness Raising (CR). Inti dari program ini adalah meningkatkan kesadaran para perempuan bahwa masalah yang ia hadapi di dalam rumah tangga, misalnya kekerasan dalam rumah tangga, marital rape, konflik batin antara ingin bekerja dan kewajiban mengurus rumah tangga, semuanya itu bukan masalah yang bersifat pribadi yang harus disimpan sendiri, tetapi masalah-masalah di atas merupakan bagian dari sebuah opresi yang tersistem di dalam masyarakat patriarki.
Kegiatan CR diadakan secara sederhana dalam kelompok-kelompok kecil, di rumah-rumah masing-masih anggota kelompok yang dilakukan secara bergiliran. Beberapa perempuan membentuk kelompok-kelompok kecil, dan di dalam kelompok-kelompok ini, para perempuan saling menceritakan masalah mereka yang selama ini selalu mereka pendam karena mereka menganggap masalah yang mereka hadapi adalah masalah pribadi yang tidak boleh dibagikan kepada siapapun, dan norma dominan tidak memberi legitimasi bahwa masalah perempuan adalah masalah yang layak untuk dibahas dan dengan semena-mena memberi label "remeh" pada masalah-masalah seperti lelah mengurus anak, ingin menunda kehamilan, ingin punya kegiatan lain selain mengurus rumah tangga, lelah tiap hari harus melayani anak dan suami, dan sebagainya.
Melalui berbagi persoalan di kelompok CR, para perempuan ini mulai terangkat kesadarannya, mulai menyadari bahwa diri mereka diopresi, bahwa ada harapan untuk mengubah nasib. Dengan rutin hadir dalam kelompok CR, para perempuan ini juga secara mental tentu akan lebih sehat karena ada teman untuk berbagi dan mencurahkan perasaan.
Sekalipun saya dan teman-teman yang membaca tulisan saya tidak bertemu langsung di suatu tempat, tetapi sebenarnya kita sedang melakukan consciousness raising. Saya melempar sebuah isu yang biasanya saya kemas dalam nada reflektif dan dirangkum lewat pengalaman personal saya, dan teman-teman yang membaca menanggapi, dengan memberi like atau ikut bersuara melalui kolom komentar, entah itu membagikan pengalaman pribadi yang mirip dengan yang saya tulis atau memberikan pendapat. Lalu terjadi dialog, pertama-tama dengan diri sendiri, lalu dengan orang lain. Dan yang sangat saya harapkan, setelah kita berbagi pengalaman ini, semoga kita mendapatkan suntikan semangat untuk menjalani kehidupan di dunia nyata, mengingat bahwa di tempat lain pun begitu banyak orang yang berjuang, sama seperti kita.
Sekalipun masalah yang kita hadapi tidak lantas menjadi lebih ringan, tetapi hanya dengan mengetahui bahwa orang lain juga mengalami atau pernah mengalami hal yang sama, sudah cukup memberikan suntikan semangat untuk kita. Sekalipun realita tidak bertambah ringan, setidaknya beban hati agak berkurang.
Di tengah hiruk pikuk dunia yang ritmenya terasa sangat cepat, kita sungguh perlu mencari, bahkan menciptakan ruang untuk berbagi. Orang yang tidak pernah berbagi kisah atau masalahnya, akan kewalahan mengolah stress karena semuanya ia pendam sendiri. Memang ada kalanya "silence is golden", tapi hal ini tidak berlaku mutlak untuk setiap masalah. Bungkam, atau dibungkam, kadang dapat berpotensi sebagai penghilang jiwa, pembunuh kesadaran, penyebab utama kelelahan batin.
Kita bertanggungjawab atas kesehatan lahir batin kita sendiri. Karena itu, mari berbagi dan ciptakan ruang untuk berbagi!
14 Juni 2017
Rouli Esther Pasaribu

No comments:

Post a Comment